News & Events
Click for details

Apa yang ada di kepala kita jika mendengar kata “Bluzuggan” (red: blusukan)? Akhir‐ akhir blusukan diidentikan dengan mantan Gubernur yang menjadi kandidat calon Presiden. Akan tetapi jauh sebelum itu Pasca Sarjana IKJ (Institut Kesenian Jakarta) telah menerapkan blusukan yang disebut “Kampus Kampong Partnership” yang sudah berjalan selama lima tahun. Dan dalam Rangka merayakan Ulang Tahun Jakarta yang ke 487 serta Ulang Tahun IKJ yang ke 44, Pasca Sarjana IKJ bekerjasama dengan Taman Ismail Marzuki, Dewan Kesenian Jakarta dan Daya Lima menyelenggarakan Kampus Kampong Partnership untuk pertama kalinya dengan tema ”BLUZZUGAN BLOES BETAWI”
Menurut Seniman Sardono W Kusumo, “Kampus Kampong Partnership adalah kegiatan kemitraan kampus dan kampung dengan memberi pendidikan seni kepada masyarakat kampung oleh mahasiswa Pasca Sarjana IKJ dalam rangka menguatkan daya kreatifitas bersama”
Beberapa karya mahasiswa IKJ yang akan dipentaskan dalam acara “Bluzuggan Bloes
Betawi” diantaranya; Imam Firmansyah yang akan berkolaborasi dengan seniman kampung menampilkan Ensembel Gambang Kromong. Irianto Suwondo pemusik yang telah berkolaborasi dengan beberapa Composser seperti Erwin Gutawa, Addie MS, Andi Rianto maupun Tohpati, akan berkolaborasi dengan Seniman Kampung Jagakarsa menampilkan Musik Tanjidor Betawi. Juga Rosmala Sari Dewi penari yang telah memiliki pengalaman international akan menampilkan tarian ronggeng kolong Jatinegara yang menjadi penelitiannya dan dinamakan “Tarung Batin”
“Kami akan mengemasnya seperti Kampung Betawi, dan musik yang akan kami tampilkan diantaranya musik tanjidor asli, gabungan keroncong, jazz, bloes, dan spesial ada lagu yang saya ciptakan sendiri, yaitu “Minan Anak Betawi” yang saya persembahkan khusus untuk anak Pak Said (Pemusik Tanjidor) Kampung Jagakarsa” Ucap Irianto, salah satu seniman yang karyanya akan ditampilkan di Bluzuggan Bloes Betawi.
Acara ini akan diselenggarakan di pelataran Taman Ismail Marzuki Jakarta pada tanggal 26 Juni 2014 mulai pukul 10.00 s/d 22.00 WIB. Bluzzugan Bloes Betawi menghadirkan kurang lebih 350 seniman kampus dan seniman kampung yang berkolaborasi menghadirkan berbagai macam happening art, arak‐arakan tanjidor, angklung anak jalanan, palang pintu, dan video mapping. Serta story telling yang akan dibawakan oleh Didi Petet. Yang lebih menarik dari pertujukan ini adalah terlibatnya seniman‐seniman besar seperti Sardono W. Kusumo, Sapardi Djoko Damono, Iwan Gunawan, Ubiet Raseuki, dan Otto Sidharta sebagai Kurator. Dan didukung sejumlah seniman dan alumni IKJ yang masuk dalam list undangan diantaranya; Hanung Bramantyo, Mira Lesmana, Riri Riza, Ratna Sarumpaet, Ray Sahetapi, Mathias Muchus, Garin Nugroho, Hartati, Nungki Kusuma Astuti, Aksan Sjuman, Jajang C. Noer dan Happy Salma.
Yayasan Indonesia Lebih Baik adalah sebuah organisasi nirlaba yang berada di bawah naungan Dayalima Family. Dayalima sendiri adalah sebuah organisasi yang bergerak di bidang Konsultan Sumber Daya Manusia dengan portofolio beberapa klien besar seperti Pertamina, Bank Indonesia, Semen Indonesia, Telkom Indonesia, Komisi Pemberantasan Korupsi, Bursa Efek Indonesia, dll. YILB dalam kegiatannya berorientasi pada pengembangan komunitas, infrastruktur dan juga system. Adapun bidang yang dipilih oleh YILB untuk adalah pendidikan dan kebudayaan. Salah satu klien YILB di bidang pendidikan adalah Yayasan Indonesia Mengajar dimana YILB terlibat dalam proses rekrutmen dan pengembangan untuk para calon Pengajar Muda.
Bagaimana YILB akhirnya bisa bekerjasama dengan Pasca Sarjana IKJ, hal ini dimulai
dari kecintaan para Co‐Founder dari Dayalima Family dan YILB kepada seni pementasan. Atas dasar kecintaan dan ketertarikan inilah yang membuat salah satu Co‐Founder, Dr. Rozan Anwar mengambil program Pasca Sarjana di IKJ. Pada kesempatan inilah beliau bertemu dengan Prof. Sardono W. Kusumo, yang pada akhirnya berujung pada kolaborasi Antara YILB dengan Prof. Sardono W. Kusumo untuk membuat sebuah pementasan berjudul Opera Diponegoro pada tahun 2011 dan Tom Ibnur untuk pertunjukan Padusi pada tahun
2013.
Di awal 2014 Prof. Sardono mengungkapkan keinginannya untuk kembali memasyarakatkan kebudayaan dan juga bagaimana masyarakat kembali terlibat di dalam karya seni dan budaya. Sekolah Pasca Sarjana IKJ dengan programnya Kampung‐Kampus Partnership dan Dewan Kesenian Jakarta mendukung penuh misi tersebut dan berencana untuk menyelenggarakan Pasca Festival. Sebuah rangkaian kegiatan dimana masyarakat kembali diajak untuk bisa mempersembahkan karya‐karya seni berkolaborasi dengan Pasca Sarjana IKJ, dan juga memanfaatkan ruang budaya yang selama ini mulai ditinggalkan oleh masyarakat, Taman Ismail Marzuki.
Tanggal 26 Juni 2014 merupakan awalan dari rangkaian kegiatan Pasca Festival. Untuk selanjutnya Pasca Festival masih akan menghadirkan karya‐karya dan pementasan‐ pementasan seni dimana peran serta masyarakat akan diberikan ruang yang sebesar‐ besarnya. Untuk mendukung inisiatif ini, YILB akan mendukung lewat program Crowd Funding #SaweranSeni. Diharapkan dengan adanya inisiatif ini, masyarakat secara lebih luas bisa berkontribusi supaya para seniman dan para anggota masyarakat yang ingin berkarya bisa melakukan pementasan tanpa adanya keterbatasan biaya.
RHD PRODUCTION/ Media Relation
Bluzzugan Bloes Betawi

Oleh: Kukuh Baskoro
Mumpung masih rada segar di ingatan, izinkan saya berbagi kisah sedikit mengenai suatu hari bersama sahabat Mpati dalam Karya Wisata Cinta pada hari Minggu, 21 September 2014 yang lalu.
Lokasi tujuan Karya Wisata Cinta bagian pertama ini (mengapa saya sebut bagian pertama? Karena nantinya akan ada bagian yang kedua) adalah Seaworld Ancol.
Selama berkeliling, kami ditemani oleh Tour Guide Seaworld. Anak-anak dan orang tua cukup antusias mendengarkan cerita dari mba Tour Guide dan sangat tertarik untuk memperhatikan hewan-hewan yang ada di balik akrilik (kata si mba Tour Guide, sebenarnya bahan utama pelindung yang bening itu adalah akrilik). Dari satu akuarium ke akuarium, ke ruangan yang penuh hewan awetan, menyaksikan acara pemberian makanan di akuarium besar, sampai kemudian ditutup dengan makan siang bersama dan main games kecil di pinggir Pantai Ancol.
Jika sahabat Mpati datang berombongan naik bis, saya memilih menggunakan kendaraan sendiri biar lebih fleksibel. Karena tidak ikut rombongan bis, saya jadi merasa kurang waktu untuk membangun kedekatan dengan anak-anak. Tapi, saya ingat tingkah polah mereka yang menarik, antara lain:
- Andre; paling aktif bergerak dalam rombongan (red: tiba-tiba ngacir keluar rombongan). Anak ini yang pertama membuat saya tertawa karena dia meminta saya untuk memotret dirinya, lalu dia mulai menghitung satu sampai tiga, daaannnn… tepat pada menjelang hitungan tiga, dia ngacir sebelum saya sempat memotretnya. Wkwkwkwk..
- Hana; anak perempuan yang satu ini sangat berani lohh.. Ketika kita bersama-sama menyaksikan acara pemberian makan ikan di kolam besar, pembawa acara mengajukan pertanyaan dan Hana memberanikan diri untuk maju ke depan dan menjawab pertanyaan tersebut. Waw! Dan akhirnya Hana berhak mendapatkan sebuah buku notes kecil, yang saya lihat dari raut wajahnya, Hana tampak senang sekali mendapatkan hadiah tersebut. Kejadian lain yang membuat saya tersenyum adalah ketika Hana menunjuk ke arah langit-langit dan berkata, “Ikannya keluar! Ikannya keluar!”. Dannn… ketika saya tengok, yang dia tunjuk adalah boneka tiruan dari sejumlah spesies hewan air yang memang sengaja digantung di langit-langit. Hana Hana.. Kepolosanmu membuat saya kaget dan bingung.. Kirain ikan hiu yang keluar dari kolamnya… J *mengkhayal kejauhan
- Hadid; begitu semangat ketika berada di area kolam yang memungkinkan pengunjung untuk menyentuh hewan air secara langsung. Saking semangatnya, seekor pari kecil yang berhasil dia tangkap, dia pegang dengan erat, dan ingin dibawa pulang! Duh, Hadid, jangan dibawa pulang ya ikan parinya.. Kasian bapak harus bikin akuariumnya dulu, belum nanti ganti airnya. Hehe.. J
- Alfando dan Eko Satrio (Tio); mereka ini sepasang sahabat yang tak bisa dipisahkan, di mana ada Alfando, di situ ada Tio. Ketika Alfando enggan bergerak dari tempatnya, Tio, yang walaupun badannya lebih kecil selalu berusaha mengangkat tangan Alfando sampai Alfando berdiri! Wah Tio, kamu baik sekali ya.. Alfando, kalau diajak berdiri oleh Tio, ayo lekas berdiri ya.. J
- Rizky; saya tidak berhasil menangkap banyak gerak-gerik Rizky karena sepanjang perjalanan, Rizky ini selalu menggandeng tangan bundanya.. Rizky,besok-besok berani ya untuk jalan sendiri walau tidak ada bunda.. J
- Hamdan; kalau Hamdan ini kebalikannya Hadid yang suka menyentuh hewan. Hamdan cenderung takut menyentuh air. Wahhh.. Sayang sekali Hamdan tidak mau menyentuh hewan-hewan itu secara langsung..
- Danu; anteng sekali anak ini. Sepanjang hari tidak pernah tampak rewel. Danu walaupun tampaknya diam-diam saja, tapi saya bisa melihat ia mencoba memperhatikan sekelilingnya dengan seksama. Sehingga waktu ia ke toilet, ia bisa menyentor sendiri WC yang dipakainya, dan menggunakan mesin pengering tangan. Hmm… Sepertinya kamu punya potensi menganalisa lingkungan ya, Dan.. J
- Falih; walaupun tampaknya aktif bergerak, tapi ia tahu menempatkan diri lhoo.. Seperti kalau ingin sesuatu, ia merengeknya cukup ke bapak ibunya saja, dan tidak bergerak heboh yang mengganggu orang lain.. Wah hebatnya Falih.. J
- Indah; anak perempuan yang ini berkebalikannya dengan Hana. Indah cenderung lebih diam. Memilih untuk lebih “aleman” dengan ibunya. Oya, setelah dari Seaworld, kami makan siang bareng di Pantai Ancol. Sayangnya keinginan Indah untuk berenang belum kesampaian. Sampai-sampai Indah melakukan aksi mogok makan. Dan ternyata bukan hanya Indah yang ingin bermain air, tapi Falih juga. Hmm…. Apa boleh buat, demi menjaga situasi acara berlangsung lancar, bunda berhasil melakukan negosiasi dengan anak-anaknya. Salut bunda dan Indah!
- Ivan; yang satu ini adalah putra dari Ibu Sendy. Ivan dengan sangat berani mengajak saya bersalaman lho.. J Mungkin karena Ivan lebih besar dibandingkan sahabat-sahabatnya yang lain, Ivan jadi agak sedikit malu ya Van..
Sepertinya baru ini yang saya ingat dari mereka. *semoga semuanya sudah disebut.
Bermain dengan anak-anak ini benar-benar menjadi pengalaman yang menyenangkan buat saya. Saya pikir Sahabat Dimensioner juga mencobanya lho.. J
Salam Peduli Autis!

Mungkin teman-teman sudah pernah mendengar adanya kegiatan pelatihan presentasi untuk sejumlah relawan MPATI. Kegiatan tersebut sudah dilaksanakan pada hari Sabtu, 11 Oktober 2014 di kantor Daya Dimensi Indonesia di kantor taman E3.3, Mega Kuningan.
Kegiatan tersebut diikuti oleh 11 peserta dari MPATI. Pengajar hari ini adalah Mbak Vina G. Pendit dan Mbak Alfra Phalestie. Dari sisi pengajarnya, kebayang dong ciamiknya proses belajar hari itu? Di awal kegiatan mereka saling berbagi sekelumit kisah tentang pengalaman hidupnya di dalam dunia anak dengan autisme. Ternyata latar belakang sahabat-sahabat kita ini beragam sekali lho! Hal ini menjadikan suasana kelas Kemampuan Presentasi menjadi semakin hidup.
10 dari 11 orang yang menjadi relawan adalah orang tua yang bersinggungan dengan penyandang autism. Sedangkan 1 orang sisanya, yaitu Mbak Ida ternyata ‘dijerumuskan’ ke MPATI oleh Mbak Yiyik dan jadi salah satu founder MPATI sejak 1998 lalu. Mas Yadi dan Mbak Ika pasangan suami istri yang saling melengkapi, putra mereka saat ini sudah kuliah dan sudah hafal Surat Yasin sebelum umur 1 tahun. Mbak Poppy dan Mbak Dunya adalah punggawa MPATI yang sudah melakukan sosialisasi dari mal ke mal sejak tahun lalu. Mbak Sandy, Mbak Agni, Mbak Silvia, Mbak Hera dan Mas Oot, ibu-ibu rumah tangga dan bapak rumah tangga merangkap pegawai BUMN yang siap memulai jadi sosialisator. Mbak Khoir adalah seorang arsitek yang beralih jadi pendidik dan memiliki PAUD, dan yang terakhir adalah Mbak Agnes yang jauh-jauh datang dari Solo untuk mengikuti pelatihan ini.
Fokus pembelajaran dari kelas ini adalah untuk mensosialisasikan cara menangani anak dengan autisme saat bertualang sendirian (lepas dari pengawasan orang tua) di area publik, seperti mal. Jujur selama saya ke mal, saya belum pernah mengalami kasus seperti ini. Nah, berkat presentasi dari sahabat-sahabat ini saya jadi lebih ngeh bahwa situasi ini bisa saja terjadi. Saya juga jadi tahu apa dan bagaimana yang harus dilakukan ketika menyaksikan kejadian tersebut.
Selain di lokasi pusat perbelanjaan, hal serupa juga bisa terjadi di tempat ramai lainnya lho, seperti di bank, ruko, perkantoran, restoran, dan lain sebagainya. Presentasi mengenai hal ini menurut saya jadi sangat penting untuk bisa kita sebarluaskan agar masyarakat bisa lebih sadar dan lebih peka dengan situasi semacam ini.
Good luck for MPATI volunteers! Selamat berkarya di lapangan!

Pada hari minggu tanggal 9 November 2014 yang lalu, teman-teman dari grup DayaLima bersama dengan Project Jernih menyelenggarakan acara sosialisasi program “Anak Bukan Asbak” di kegiatan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB atau dalam yang biasa dikenal dengan istilah bahasa Inggris Car Free Day). Sekitar 25 orang mendaftarkan diri untuk menjadi relawan di acara ini, mulai dari direktur Daya Dimensi Indonesia, Rene Turangan, yang rela dikalungi papan properti foto dan berputar-putar di Bundaran HI menggunakan sepeda, sampai dengan Katya (Putri dari Andi Wibisono, direktur Daya Dimensi Global) yang enerjik dan ceria dalam mengajak pengunjung HBKB untuk bermain di Kids Giant Game Board. Kampanye hari itu diperkirakan berhasil memberikan informasi tentang Program “Anak Bukan Asbak” kepada lebih dari 400 orang yang hadir di HBKB.
Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam usaha mensosialisasikan program “Anak Bukan Asbak” ini, para relawan membagikan pin dan stiker, mengajak anak-anak untuk bermain di Kids Giant Game Board dan juga meminta mereka untuk membantu proses kampanye dengan cara berfoto menggunakan properti yang disediakan untuk kemudian diunggah ke akun media social mereka masing-masing. Banyak reaksi positif, baik yang disampaikan secara langsung maupun lewat media social tentang apa yang dikomunikasikan oleh Project Jernih di hari tersebut. Project Jernih tidak bergerak sendirian, banyak hal positif yang bisa dimanfaatkan dari masyarakat untuk bisa mencapai tujuan dari program “Anak Bukan Asbak”.
Rencananya teman-teman di Project Jernih juga akan melakukan acara sosialisasi ke beberapa sekolah dasar mengenai inisiatif ini, dan juga melakukan kampanye dengan skala yang lebih besar lagi di HBKB lainnya.
Mari bersama-sama kita mengambil kesempatan untuk melakukan hal-hal positif untuk membawa Indonesia Menjadi Lebih Baik.

Pada Sabtu 29 November 2014 yang lalu , para relawan dari Keluarga Dayalima mendapatkan kesempatan untuk mengisi Kelas Berbagi kepada anak-anak di Sekolah Dayalima. Kelas Berbagi adalah acara khusus dimana para relawan bisa berbagi cerita, pengalaman, permainan serta motivasi (sesuai tema) kepada anak-anak untuk membuka pengetahuan yang bisa menginspirasi mereka di kemudian hari. Sekolah DayaLima, atau TKQ Nurul Qolbi, terletak di Kampung Citayam, Desa Rawa Panjang, Kecamatan Bojong Gede, Bogor. Lokasinya cukup dekat dan hanya butuh 10 menit berjalan kaki dari Stasiun Citayam.
Kedatatangan kami disambut dengan cukup hangat oleh tuan rumah yaitu Bapak Nur Hidayatullah dan Ibu Ely Sukmawati. Sebelum kami masuk ke kelas, mereka bercerita tentang keadaan sekolah ini dan masyarakat sekitarnya. Kegiatan ini diikuti oleh 44 anak TK Nurul Qolbi beserta guru-guru pendamping. Para relawan bergantian dalam waktu 20 menit untuk menjelaskan tema tentang laut kepada anak-anak.
Berikut adalah kesan-kesan setelah mengikuti Kelas Berbagi di Sekolah Dayalima
“Menarik sekali bisa mendapat kesempatan untuk berbagi pengetahuan dengan adik-adik dari TK Nurul Qolbi. Cukup mengejutkan melihat antusiasme belajar adik-adik umur 3 sampai dengan 5 tahun dengan semangat mengikuti arahan para pengajar dan guru pembimbing mereka. Tema yang kami bawakan adalah tentang laut. Kebetulan sekali adik-adik dari TK. Nurul Qolbi ini baru saja kembali dari karya wisata di Ancol pada minggu sebelumnya. Melihat reaksi kegembiraan mereka pada saat kami membicarakan tentang tema yang kami bawakan membantu kami juga lebih bersemangat untuk berbagi bersama dengan mereka. Saya juga sangat terkesan dikarenakan adik-adik dari TK Nurul Qolbi ini sangat cerdas dan aktif serta berpartisipasi”.
(Veronika Sawitri, konsultan DayaLima Recruitment)
“Rasanya senang sekali bisa berbagi cerita dan ilmu dengan adik-adik dari TK.Nurul Qolbi. Apalagi melihat antusiasme dan semangat mereka yang tidak surut sejak awal kami menginjakkan kaki. Hampir seluruh murid aktif berpartisipasi dalam rangkaian kegiatan yang kami adakan sehingga membuat kami semakin bersemangat dalam berbagi. Mulai dari menonton video tentang laut sampai tebak gambar dan mewarnai. Kreativitas tanpa batas juga mereka tunjukkan melalui hasil karya mereka pada saat mewarnai hewan-hewan laut. Satu yang menarik dari anak-anak TK. Nurul Qolbi adalah spontanitas dan keceriaan yang mereka tampilkan terlepas dari segala keterbatasan yang mereka miliki dan masalah yang dihadapi. Hal ini tidak hanya mengingatkan kita untuk terus bersyukur, tetapi juga untuk terus berbagi dan menginspirasi.
(Nadia Selo Adji, konsultan DayaLima Recruitment)
“Murid TK ini sungguh polos dan ceria. Mereka menjawab setiap pertanyaan yang kami berikan. Jawaban dan celotehan mereka kerap mengundang tawa. Itu adalah hal positif karena mereka berani dalam mengemukakan pendapatnya. Lucunya anak-anak ini sangat ekspresif menampilkan emosi kegembiraannya. Saat kami bercanda, mereka tertawa. Saat memutar video, mereka bersorak dan bertepuk tangan. Hingga pada saat mendengarkan latar musik piano, mereka tersenyum gembira.
Paling seru adalah saat kegiatan tebak gambar. Mereka yang berhasil menjawab akan diberikan hadiah permen. Kami tidak mengira semuanya sangat cepat mengacungkan tangannya ke atas. Ini membuat kami bingung untuk memilih anak. Untungnya ada guru pendamping yang membantu kami. Mereka juga pandai saat menebak gambar. Belum gambar ditampilkan semua, namun mereka sudah bisa menebak keseluruhan gambar”
(Faisal Effendi, konsultan Daya Dimensi Indonesia)
Tidak terasa kami bermain selama 3 jam bersama mereka. Keceriaan yang mereka berikan menular kepada kami sehingga kami tidak merasakan lelah sedikitpun. Justru sebaliknya, hal itu memberikan energi kepada kami untuk terus bermain bersama mereka. Namun karena waktu sudah siang, sudah saatnya mereka kembali ke rumah.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Nur Hidayatullah dan Ibu Ely Sukmawati atas sambutannya memperkenalkan kami pada realitas pendidikan dan masyarakat di sekitar TK Nurul Qolbi. Kemudian kepada para guru seperti Ibu Ani Rahmawati, Ibu Maliah, Ibu Supratmi, Ibu Erni Nurmawati, Ibu Ani As dan Ibu Asih yang banyak bantu kami dalam mempersiapkan Kelas Berbagi ini.
Semoga kontribusi yang sedikit ini bisa terus konsisten dan sebagai wujud kepedulian kita untuk turut membangun Indonesia agar menjadi lebih baik.
Maju terus Indonesia!

Pada Selasa, 9 Juni 2015 yang lalu, YILB dan TK Nurul Qolbi (Sekolah Dayalima) dengan difasilitasi Tim Perintis Jakarta Ramah Autisme – MPATI berbagi ilmu dan pengetahuan dengan guru-guru TK, TKQ dan PAUD di wilayah Bojonggede dan Depok tentang ciri-ciri autisme di TK Nurul Qolbi, Citayam. Sosialisasi ini rencananya hanya dilakukan dalam satu sesi pada pukul 10.00 – 12.00. Namun karena antusiasme para guru TK, TKQ dan PAUD sekitar untuk mengikuti sosialisasi sangat besar, sedangkan kapasitas ruangan yang kecil dan membuat kurang nyaman jika diisi lebih dari 30 orang dewasa, maka kami membagi sesi menjadi 2. 55 guru menjadi peserta sosialisasi yang akhirnya dilaksanakan pada pukul 10.30 – 12.00 dan pukul 13.30-15.30.
Dalam kegiatan ini, Tim Perintis MPATI, yaitu Pak Wardi dan Mas Gunawan, berbagi informasi tentang apa itu autisme, ciri utama anak dengan autisme, cara penanganan terpadu untuk anak dengan autisme, serta 8 hal yang harus diajarkan sebagai kemampuan kemandirian dasar untuk anak dengan autisme. Informasi yang disampaikan fasilitator membangkitkan rasa penasaran peserta sosialisasi untuk mengetahui lebih jauh tindakan apa saja yang apa yang harus dilakukan jika ada anak murid yang terindikasi atau memiliki gejala dan ciri-ciri yang sudah diinformasikan. Muncul diskusi yang menarik di antara para peserta dan fasilitator.
Waktu yang dialokasikan selama 1,5 jam untuk setiap sesinya terasa tidak cukup untuk menjawab semua pertanyaan dan keingintahuan para peserta sosialisasi. Namun karena keterbatasan waktu, kami menyudahi acara dengan penutupan dari ketua IGTKQ Bojong Gede Bogor.
Kami mengucapkan terima ksih banyak kepada Pak Wardi dan Mas Gunawan atas informasi yang sangat berharga untuk para guru ini. Semoga inisitif kecil yang sudah kita lakukan ini turut membangun Jakarta (dan sekitarnya) menjadi Ramah Autisme dan membangun Indonesia agar menjadi lebih baik.
Salam pedulis Autis.

Hari Sabtu, tanggal 08 Agustus 2015 yang lalu, 16 orang Dimensioner (sebutan kami untuk anggota Keluarga besar DayaLima) dan 1 Dimensioner Family menghabiskan hari bermain dengan cat di rumah Bapak Ro’i dan Bapak Ace di daerah Babakan Madang, Bogor. Kami bersama-sama mempercantik dinding rumah kopel yang sebelumnya sudah dibangun oleh para tukang selama 16 hari, sehingga rumah tersebut menjadi layak huni. Setelah proses mempercantik dinding ini, para tukang akan melanjutkan pemasangan genting dan memasang tegel lantai.
Berikut petikan kesan yang dirasakan 2 rekan kita:
“Kesan saya mengikuti kegiatan ini yang jelas senang dan seru. Saya jadi tahu bahwa ternyata masih banyak rumah yang tidak layak di pinggiran kota Jakarta walaupun notabene-nya saya lihat perkampungan tersebut berdampingan dengan perumahan mewah. Sangat kontras sekali. Senang banget bisa ikut dalam kegiatan tersebut karena selain nambah pengalaman, saya juga nambah teman. Orang-orang yang tadinya saya cuma tahu melalui email, di kegiatan tersebut saya langsung bertemu dengan orangnya. Jadi tambah dekat.
Semoga kegiatan bersama Hfh (Habitat for Hhumanity, red.) akan terus diadakan, dan semoga pesertanya semakin banyak. Dan walaupun kegiatan Hfh sudah selesai, silaturahmi yang sudah terjalin tetap berjalan.”
(Siti Komariah, Daya Dimensi Global)
“Dari HfH kemarin aku belajar mengenai rasa bersyukur dan berbagi tanpa harus ngeliat siapa yang dibantu. Jadi pengingat juga untuk bisa belajar bersyukur, bahkan sampai ke hal-hal kecil yang aku punya dalam hidup. Ngeliat senyum Bapak Ro’i dan keluarganya kemarin bikin merasa tertampar “bahkan mereka bisa senyum dengan keadaan yang keadaan seperti itu, kenapa kita gak bisa?”. Untuk seneng dan bahagia gak perlu persyaratan tertentu, kalo kita mau belajar bersyukur.
Satu hal lagi, kegiatan kemarin ngajarin gimana bisa berbagi dan kontribusi walaupun dari hal kecil yang bisa berdampak besar (insha Allah) buat ke depannya. Dan semoga apa yang sudah kita lakukan semua akan balik lagi ke kita. Dan semoga berbagi kebaikan dan kebahagiaan ini gak pernah berhenti dan terus menular ke yang lainnya.
Terima kasih udah bareng-bareng buat belajar dan berbagi! We roooooock, fosha!
Siap bgt kalo ada acara-acara kayak gini lagi! And see you in another fun and thoughtful moment, pals! God bless us all”
(Inez Prameswari, Daya Dimensi Indonesia)
Kebersamaan yang dirasakan oleh para relawan terasa menyenangkan walaupun penuh peluh dan cat di tangan. Selamat untuk Mbak Siti Komariah dan Mbak Tanti Aprianti yang semangat, tekun dan rapih mengecat hingga dinobatkan menjadi ‘Volunteers of The Day’.
Sekali lagi terima kasih untuk kontribusi, semangat dan dukungan semua dimensioner yang terlibat dan juga teman-teman dari Habitat for Humanity.
Dan semoga kita selalu memiliki kesempatan untuk berkontribusi dalam mewujudkan Indonesia yang lebih baik.